Maraknya Kasus Pelecehan Seksual di Sangatta, Imbauan untuk Lingkungan yang Lebih Aman ,Kenali dan Laporkan

 

Gambar hanya ilustrasi 

LPM GAZEBO,Sangatta, Kutai Timur– Kasus pelecehan seksual di Sangatta semakin mengkhawatirkan. Tidak hanya terjadi di lingkungan pelajar dan mahasiswa, namun juga merambah ke ranah profesional, di antara teman kerja, bawahan, dan atasan. Berbagai bentuk pelecehan, baik verbal maupun nonverbal, terus terjadi dan menimbulkan trauma bagi korban.

Berbagai Bentuk Pelecehan

Pelecehan seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari komentar seksual yang tidak pantas, sentuhan fisik yang tidak diinginkan, hingga ancaman dan intimidasi. Beberapa bentuk pelecehan yang sering terjadi antara lain:

Pelecehan verbal bisa meliputi hinaan, ejekan, godaan seksual, dan ancaman yang berbau seksual.

Pelecehan nonverbal ,meliputi tatapan yang mengintimidasi, gestur tubuh yang mengancam, dan sentuhan fisik yang tidak diinginkan.

Pelecehan psikologis, meliputi manipulasi, isolasi sosial, dan penghinaan terhadap harga diri korban.

Dampak Pelecehan Seksual

Korban pelecehan seksual sering mengalami trauma psikologis yang mendalam. Mereka dapat mengalami depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Selain itu, pelecehan seksual juga dapat berdampak negatif pada prestasi akademik atau kinerja kerja.

Pentingnya Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual, diperlukan upaya bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

Meningkatkan kesadaran, Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa itu pelecehan seksual, tanda-tanda pelecehan, dan dampaknya.

Membangun lingkungan yang aman, Ciptakan lingkungan yang saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan gender.

Memberikan dukungan kepada korban, Korban pelecehan seksual perlu mendapatkan dukungan dan bantuan untuk mengatasi trauma yang dialaminya.

Menerapkan sanksi tegas, Pelaku pelecehan seksual harus diberikan sanksi yang tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual yang diatur dalam UU TPKS

Di Indonesia, terdapat beberapa undang-undang yang mengatur tentang tindak pidana kekerasan seksual, baik fisik maupun non-fisik. Salah satu yang paling komprehensif adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS)

UU TPKS mengatur berbagai bentuk kekerasan seksual, antara lain:

Pelecehan seksual, meliputi perbuatan meraba, mencium, atau tindakan lain yang berbau seksual tanpa persetujuan korban.

Pencabulan, meliputi perbuatan seksual dengan orang di bawah umur atau dengan orang yang tidak mampu memberikan persetujuan.

Perkosaan , meliputi hubungan seksual tanpa persetujuan.

Eksploitasi seksual,  meliputi penggunaan anak untuk tujuan seksual, produksi atau pendistribusian konten pornografi anak, dan perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual.

Hukuman bagi Pelaku Kekerasan Seksual

Hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku kekerasan seksual bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan tindakan yang dilakukan. Secara umum, hukuman yang dapat dijatuhkan meliputi:

Penjara, Masa hukuman penjara dapat bervariasi, mulai dari beberapa tahun hingga seumur hidup.

Denda, Pelaku juga dapat dikenakan denda dengan jumlah yang cukup besar.

Tindakan rehabilitasi,  Pelaku dapat diwajibkan mengikuti program rehabilitasi untuk mengubah perilaku.

Pembatalan hak-hak tertentu, Pelaku dapat dicabut hak-hak tertentu, seperti hak asuh anak atau hak untuk bekerja di bidang tertentu.

Selain UU TPKS, beberapa undang-undang lain yang juga mengatur tentang kekerasan seksual antara lain:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Beberapa pasal dalam KUHP mengatur tentang perbuatan cabul, perzinahan, dan tindak pidana lainnya yang terkait dengan kekerasan seksual.

Undang-Undang Perlindungan Anak: Undang-undang ini mengatur perlindungan khusus bagi anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual

Pentingnya Melaporkan Kasus Kekerasan Seksual

Bagi korban kekerasan seksual, sangat penting untuk melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak berwajib. Dengan melaporkan, korban dapat mendapatkan perlindungan hukum dan bantuan untuk memulihkan diri.

Lembaga-lembaga yang dapat membantu korban kekerasan seksual antara lain:

Kepolisian: Laporkan kejadian ke kepolisian terdekat untuk dilakukan proses hukum.

Lembaga Perlindungan Perempuan: Lembaga ini dapat memberikan bantuan hukum, konseling, dan pendampingan bagi korban.

Rumah Sakit: Jika mengalami trauma fisik, segera periksakan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

Simpan bukti sebagai penguat kesaksian 


Penulis : Anggun 

Posting Komentar

0 Komentar