Tulisan ini penulis buat setelah menyimak ceramah Gus baha pada 12 Oktober 2019 yang terselenggara di aula gedung PWNU Jawa Timur. (Oleh: Khairy Al Fakih) |
Sebelum mengarah kepada tema, Gus Baha menyampaikan sebuah kampanye antara 2 agama yang bertolak belakang. Agama sebelah yang mengampanyekan bahwa ketika kita meninggal sudah tenang bersama Bapa di syurga, menjadi tolak ukur pembahasan kita. Dimana dalam Islam ada beberapa Ustadz bahkan Ulama yang mungkin merasa takut dan mengkampanyekan agar kita tetap berhati hati bahkan malah terkesan menakut-nakuti karena sudah berjuang menjadi guru ngaji, sudah rajin ibadah sudah menjadi Ulama bahkan, tapi masih di takutkan jikalau meninggal dalam keadaan Su’ul Khotimah (akhir hidup yang jelek). Kampanye tadi bisa memberikan dampak buruk terhadap Islam sendiri sebagai agama yang cukup mengerikan dan susah untuk di anut.
Statement Ustad atau Ulama yang demikian memang tidak bisa dikatakan salah, namun dalam dakwahnya setidaknya harus seimbang agar kemasan dakwah sendiri tidak tampak horror. Sikap tersebut memang harus ada dalam setiap rangkaian ibadah dan menjalankan kehidupan sehari hari. Namun hanya menempatkan pola pikir over paranoid dapat menyebapkan pandangan kepada agama islam menjadi agama yang cukup mengikat dan orang akan takut memeluk agama Islam sendiri akhirnya doktrin buruk tentang Islam akan tertanam. Selayaknya kita tanamkan pola pikir tersebut agar kita lebih berhati-hati lagi dalam hal apapun dan menjadi motifasi agar kita terus menjadi baik.
Islam sebagai agama rahmatanlil’alamin telah menyiapkan sebuah tempat yang istimewa di akhirat sebagai janji Allah SWT untuk orang orang yang senantiasa beriman dan tawakal yaitu syurga.
مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إٍلَهَ اٍلاَّ اللهُ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّة
“Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka ia (dijamin) masuk surga.” (HR. Ibnu Hibban no. 4 dan 7, Mawaariduzh Zham’an) dan lainnya dari shahabat Mu’adz bin Jabal. dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits As- Shahihah ( No : 2355 ).
Kunci memasuki syurga adalah Laillahaillalah kalimah tauhid merupakan sebuah kalimah suci dan dengan kalimah tersebut seseorang dapat memeluk agama Islam serta mengamalkan ajaran-ajaran Rasul. Kalimah tadi menjadi kunci ke 8 pintu surga. Seperti yang kita ketahui ketika kita akan memasuki suatu tempat yang memiliki pintu maka kita akan membutuhkan sebuah kunci untuk membukanya. Artinya tampa kalimah tauhid tadi tidaklah mungkin kita bisa masuk kedalam syurganya Allah. Kecuali orang orang tertentu sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Bagi umat yang sudah dari bayi dalam keluarga muslim pasti cukuplah mudah kita akan memahami konsep laillahailallah atau minimal dasar dari sebuah agama Islam. Namun bagi orang orang yang terlahir dalam keluarga non Muslim, perlu banyak pemahaman Agama Islam. Bahkan belajar bertahun tahun pun tentang agama ini tidaklah cukup agar kita memiliki niat untuk masuk kedalam Islam, disisi lain ada pula orang non Muslim yang hanya karena lantunan adzan bisa seketika ingin masuk Islam. Karena hanya Allah SWT yang memberikan kita hidayah agar bisa benar benar mantab dalam beragama.
Pintu yang sudah terbuka tadi harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin. Seburuk apapun latar belakang kita dan bagaimanapun keadaan kita sekarang. Setiap orang pasti memiliki kadar dosa besarnya sendiri sendiri yang mungkin tidak kita sadari. Namun hal demikian harus menjadi motor penggerak kita agar berada dalam jalur kebenaran dibawah rambu-rambu Islam. Jangan sampai kita merasa cukup berdosa untuk memiliki ridha Allah SWT karena kasih dan ampunanya lebih besar daripada dosa besar apapun.
Disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagai umat manusia, kita harus optimis dalam menjalankan kehidupan dan berharap terbaik untuk kehidupan selanjutnya. Namun masih berlaku sikap hati-hati agar kita selalu ingat ada batasan. Juga kita harus terus meningkatkan keimanan kita dan senantiasa menyeimbangkan antara urusan dunia dengan urusan akhirat kita.
Di malam malam terakhir Ramadhan kali ini 1441 H, kita harus berikhtiar agar apa yang kita lakukan selama ini menjadi amalan yang membawa kita ke kebahagiaan akhirat. Selain itu kita juga pastinya merindukan malam yang lebih baik daripada seriibu bulan dimana kita bisa melakukan amalan yang memiliki nilai pahala yang sangat besar. Ditambah lagi Allah mentakdir pada Ramadhan kali ini dengan mengganti silaturahim dengan amalan lain yang lebih besar manfaat dan ganjaranya yaitu dengan membantu orang yang sedang membutuhkan dan terdampak Covid-19 (Corona Virus). Amalan yang menyangkut kebersamaan Ramadhan, ibadah berjamaah dan pengajian pengajian yang biasa di selenggarakan di bulan suci ini harus kita ganti dengan amalan social dan amalan kemanusiaan. Karena kita harus berjuang bersama melawan ujian dan senantiasa bersabar, berikhtiar serta berdoa agar semua ini cepat berlalu.
0 Komentar