STAI Sangatta - Forum Aliansi
Badan Eksekutif Mahasiswa se-Kalimantan
(BEM Seka) telah menggelar kegiatan Kongres ke IX yang bertempat di
Sangatta, Kutai Timur Kalimantan Timur. Hajatan akbar BEM se Kalimantan ini
dilangsungkan selama 4 hari (2 – 5/03/2020).
Bertempat di tiga kampus yang berada Kutai Timur, rangkaian acara yang berlangsung diantaranya pembukaan, persidangan, konferensi pers, fieldtrip, dan penutupan. Kegiatan ini di hadiri oleh delegasi dari empat puluh empat kampus yang tersebar di seluruh penjuru Kalimantan kecuali Kalimantan Barat (KALBAR). Delegasi BEM Kalbar absen dalam forum ini dikarenakan kendala yang menghambat kawan BEM di sana.
Bertempat di tiga kampus yang berada Kutai Timur, rangkaian acara yang berlangsung diantaranya pembukaan, persidangan, konferensi pers, fieldtrip, dan penutupan. Kegiatan ini di hadiri oleh delegasi dari empat puluh empat kampus yang tersebar di seluruh penjuru Kalimantan kecuali Kalimantan Barat (KALBAR). Delegasi BEM Kalbar absen dalam forum ini dikarenakan kendala yang menghambat kawan BEM di sana.
Forum
persidangan tahun ini cukup berwarna hingga mempengaruhi hasil pembahasan yang diangkat sebagai rekomendasi isu-isu
kedaerahan. Dalam konferensi pers nya di kampus STAIS yang disambut
langsung oleh Rektor STAI Sangatta, Bapak Taufik Hidayat, M.Pd menyatakan
harapanya kepada peserta agar lebih maju sebagai generasi penerus dan bisa menjadi
mahasiswa yang terpelajar dan terdidik. “Sangatta yang dulunya
disebut sangat menderita, dan apakah sangat masih menderita? Mudah mudahan
tidak menderita lagi, dan menjadi kota yang terpelajar dan terdidik karena
mahasiswanya luar biasa. Hingga menjadi Sangatta, sangat tertata.”
Koordinator
Pusat (KORPUS) terpilih Epafras Meihaga, mahasiswa Universitas Palangkaraya memaparkan
dua puluh dua point rekomendasi hasil penyaringan dari seluruh
rekomendasi di tiap-tiap wilayah. Diantaranya isu Omnibus Law, agar pemerintah
bisa tegas dan jelas karena kebijakan yang belum teruji dalam forum ilmiah. Isu
nasional juga di angkat seperti isu pendidikan, pemerataan pembangunan,
transparansi anggaran hingga layanan kesehatan yang harus terus di optimalkan.
Sumpah mahasiswa juga di gemakan sebagai bentuk idealisme mahasiswa dan
menunjukan bahwa nilai-nilai dalam sumpah mahasiswa belum luntur tergerus
zaman.
Tidak berhenti di konferensi pers,
peserta Kongres IX melanjutkan perjalananya menuju kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Kutai Timur dengan agenda silaturahim dan aksi orasi. Disana
seluruh peserta di sambut oleh Puket Tiga STIPER kemudian melanjutkan aksi
Orasi di depan gedung rektor. Walaupun terik matahari menyengat, para orator
menyampaikan seluruh ide gagasan yang memang menjadi fokus bersama dalam
aliansi ini. Koordinator wilayah Kalimantan Utara, Yohanes Jawa dari
Universias Borneo Tarakan, menyampaikan kerisauannya terhadap pendidikan di
daerah-daerah terpencil yang masih bermasalah, baik dari sisi pembiayaan hingga
minimnya infrastruktur yang di sediakan pemerintah. Dilanjutkan oleh DEMA Institut
Agama Islam Negri (IAIN) Samarinda, Fatimah Assegaf menggaungkan tentang isu
yang sedang menjadi sorotan di daerahnya yaitu tentang naiknya biaya BPJS yang
sebenarnya lebih menyengsarakan rakyat bawah, hingga mengungkapkan kesenjangan
dimana naiknya biaya juga tidak berbanding lurus dengan fasilitas dan pelayanan
kesehatan.
Korpus BEM Seka menyampaikan tentang kebijakan pemerinah yang
baru-baru ini hangat di perbincangkan oleh instrumen Nasional. Omnibuslaw Cipta Lapangan Kerja atau biasa disebut CILAKA yang sejatinya masih banyak
dipertanyakan ditujukan untuk siapa. Hingga kepentingan-kepentingan kaum elit
yang bisa jadi mengancam kedaulatan rakyat kecil harus di hindari dalam RUU
tadi.
Terakhir Korpus juga menyampaikan tentang bagaimana mahasiswa hari
ini yang seharusnya menjadi penggerak, dan mahasiswa yang harus terus
memperjuangkan hak hak rakyat Indonesia, “Bagaimana mahasiswa hari ini ? Apakah kita masih tidur? Mahasiswa
harus terus memperjuangkan hak hak rakyat Indonesia , bukan hanya untuk
formulasi, tapi untuk Indonesia yang lebih maju”
ujar dalam orasinya.
Tak luput di sampaikan juga tentang tanggung jawab sebagai Badan
Eksekutif Mahasiswa, agar bisa mengajak seluruh mahasiswa yang apatis agar bisa
ikut sadar akan tanggung jawabnya. Menyatukan suara dan bergerak memperjuangkan
suara kecil rakyat. Walau bagaimanapun resiko dan konsekuensinya mahasiswa
harus siap dan yakin bahwa kebenaran akan terus hidup. Orasi ini ditutup dengan
menyanyikan lagu-lagu perjuangan mahasiswa. Kemudian dilanjutkan agenda lain
dalam Kongres ke IX hingga sebagai pamungkas, rangkaian kegiatan tadi ditutup
oleh Bapak Rektor STAI Sangatta. (kaf/lpm)
0 Komentar